Permasalahan adalah hal yang harus kita hadapi bukan untuk dihindari. Kata-kata ini memang tepat sekali dan sangat harus dipraktikkan. Kenapa? karena memang sudah begitu banyak masalah di dunia ini. Jika terus dihindari apa jadinya kehidupan ini.
Salah satu permasalahan yang patut kita sorot untuk dapat ditemukan solusinya yaitu permasalahan Disabilitas. Dari data yang saya temukan jumlah penyandang disabilitas di dunia terus meningkat. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 10% dari penduduk dunia atau sekitar 650 juta orang adalah penyandang disabilitas atau lebih sering dikenal dengan istilah penyandang cacat. Data statistik dunia pun menunjukkan bahwa 80% dari penduduk dengan disabilitas tersebut berada di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia, yang merupakan salah satu negara sedang berkembang, jumlah penduduk dengan disabilitas diperkirakan sebanyak 23 juta orang (10% dari total jumlah penduduk hasil sensus 2010).
Tentu timbul pertanyaan dibenak kita masing-masing, apakah permasalahan utama dari hal ini?
Permasalahan utama dari hal ini bukanlah berasal dari mereka para penyandang disabilitas tersebut. Bisa saya pastikan tidak ada satupun dari mereka yang meminta atau menginginkan untuk memiliki disabilitas tertentu. Permasalahan yang paling mendasar adalah dikarenakan masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang apa disabilitas, siapa penyandang disabilitas, dan bagaimana mengahadapi penyandang disabilitas. Sehingga menimbulkan pandangan-pandangan masyarakat yang menyimpang dari koridor yang seharusnya.
Informasi-informasi yang masyarakat dapatkan tentang kehidupan para penyandang disabilitas, malah hanya membuat masyarakat sebatas mengkasihani, atau membuat suatu gerakan amal seperti menyedekahi. Fenomena bahkan menunjukkan begitu banyak para peminta-minta yang datang dari kalangan penyandang disabilitas sebagai modal untuk menstimulasi rasa kasihan para masyarakat sehingga mereka mendapatkan uang lebih untuk membiayai hidup mereka. suatu pandangan yang tidak sesuai bahkan begitu memprihatinkan.
Para penyandang disabilitas tidak butuh rasa kasihan, mereka butuh lebih dari itu. mereka butuh semangat hidup, mereka membutuhkan suatu kepercayaan diri, dan yang paling utama mereka sangat membutuhkan kesetaraan Hak Asasi Manusia (HAM).
Qian Hongyan mengalami kecelakaan fatal yang mengakibatkan separuh tubuhnya hingga batas pinggang harus diamputasi. Sebagai gantinya, keluarga tersebut menyangga tubuh Qian dengan potongan bola basket (masalah ekonomi). Ia mempunyai mimpi dapat mewakili China pada tahun 2012 pada kejuaraan renang di olimpiade khusus orang cacat.
di Indonesia ini banyak anak-anak penyandang disabilitas seperti Qian, tetapi apa yang terjadi justru mereka lebih banyak dikaryakan oleh orang tuanya atau sebuah sindikat untuk dijadikan pengemis
Indonesia merupakan negara yang berpegang pada prinsip HAM non-diskriminasi, kesetaraan serta mendapatkan kesempatan yang sama dan mengakui adanya keterbatasan yang dapat diatasi jika diupayakan aksesibilitas fisik dan non-fisik. Hal ini seharusnya dapat mengatasi kondisi yang dialami penyandang disabilitas di Indonesia. Namun pada faktanya para penyandang disabilitas di Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan dalam beraktivitas dan masih mengalami keterbatasan dalam berpartisipasi sebagai warga yang setara dalam masyarakat, serta masih mendapatkan perlakuan diskriminasi terhadap pemenuhan hak asasi manusia (HAM) di segala aspek dalam bidang kehidupan.
Salah satu contoh bentuk diskriminasi yang terjadi adalah dibidang pendidikan. Masih banyak penyandang disabilitas di Indonesia yang tidak dapat menikmati bahkan merasakan dunia pendidikan. Karena keterbatasan yang mereka miliki membuat mereka dipandang tidak bisa memperoleh pencapaian layaknya “siswa normal”. Hambatan, keterbatasan serta diskriminasi yang sering terjadi terhadap para penyandang disabilitas dalam mengakses informasi, pendidikan, pekerjaan, transportasi serta sarana dan layanan publik lainnya, yang membuat penyandang disabilitas di Indonesia pada umumnya termasuk dalam kelompok miskin dan terpinggirkan.
Lalu bagaimanakah solusi dari permasalahan ini?
Tak hanya pemerintah saja yang harus memikirkan hal ini, namun kita para generasi muda sudah selayaknya ikut memikirkan solusi dari permasalahan ini. Salah satu dari sekian banyak solusi adalah dengan membentuk masyarakat inklusif. Dimana masyarakat mampu menerima berbagai bentuk keberagaman dan keberbedaan serta mengakomodasinya ke dalam berbagai tatanan maupun infra struktur yang ada di masyarakat. Adapun perbedaan dan keberagaman yang dimaksud diantaranya adalah keberagaman budaya, bahasa, gender, ras, suku bangsa, strata ekonomi, serta termasuk juga didalamnya adalah keberbedaan kemampuan fisik/mental.
Situs kartunet.com sebagai suatu media sosialisasi isu-isu disabilitas diharapkan dapat lebih mengupas dan membahas hal-hal yang berkaitan tentang disabilitas lebih rinci dan jelas lagi. Karena untuk membentuk suatu masyarakat yang inklusif, pertama-tama kita harus meluruskan pandangan masyarakat yang menyimpang dengan memberikan informasi-informasi berkaitan dengan disabilitas. Selain itu, situs ini pun harus dapat dikenal oleh banyak masyarakat sehingga informasi tersampaikan pada objek tujuan yaitu masyarakat. Isu-isu yang ditampilkan pun diharapkan mempunyai bahasa yang lebih menarik sehingga masyarakat tertarik untuk membacanya.
Semoga saja permsalahan ini dapat sedikit demi sedikit teratasi. Sudah saatnya kita bangsa Indonesia bangkit dan menjadi suatu kesatuan dari keberagaman yang lebih baik lagi. Bhineka Tunggal Ika!! Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua!!